Selasa, 24 Juni 2014

Bagaimana caranya pulang ?

Semua anggota sudah berkumpul. Bus sudah berdiri mantap, siap mengantar kami ke tenggara provinsi ini. Perjalanan panjang ke nagari banai dharmasraya akan segera menjadi momok fikiranku yang masih menikmati penatnya raga dan jari jemari setelah meracik resep sore ini. 9.47, roda bundar bus yang kami tumpangi mulai berputar, berpendar, mengukur jarak puluhan kilometer dengan medan yang tidak menjanjikan kenyamanan bagi siapa saja yang duduk didalamnya.
Pengemudi bus yang begitu semangat memacu bus dengan percepatan yang sebanding dengan gairah black horse di arena pacuan. Derit massa besi yang usang dan kaca jendela yang gesekan menjadi nyanyian penghibur pelepas penat malam itu. Hembusan angin yang tidak dapat diatur intensitasnya sudah cukup menjadi ac yang membuat sejuk suasana malam kelam itu.
4.45 dini hari, deru mesin bus 031 UNAND itu akhirnya berhenti. Suara jangkrik menggantikan suara bising kaca jendela dan sanggup mengusik tidurku yang memang tidak nyenyak. Kami sampai. Namun perjalanan kami belum berakhir dan masih saja dibungkus oleh dinginnya angin malam yang aku rasa berasal dari deretan pohon-pohon di hutan yang gelap di ujung sana. Aku mengenali area ini, tempat kami istirahat sebelum memulai perjalanan dengan mobil pick up, 2 minggu lalu.
Sesaat setelah menyadari bahwa fajar segera saja memenangkan pertarungan atas gelapnya malam menyeruak dari ufuk timur sana, akhirnya sibuk dengan diri masing-masing, bersiap-siap untuk melakukan ibadah sholat subuh atau menarik almamater, atau jas dan jaket untuk dijadikan selimut. Meski begitu, kami semua akhirnya satu persatu turun dan mencari mushala terdekat untuk menunaikan sholat subuh.
Perjalanan kaminlanjutkan tepat pada pukul 7. A.m, setelah menyantap nasi goreng sebagai menu sarapan pagi itu. Kali ini rombongan sepakat untuk menggunakan bus untuk mencapai jorong tempat kegiatan sosialisasi kkn ppm itu akan dilaksanakan.
Rombongan sampai di lokasi, dengan selamat --
Kami menemukan kejanggalan, suasanan jorong banai benar benar sepi. Tidak ada sambutan istimewa memang, tapi dimana orang-orang?. Akhirnya seorang bapak dengan seksama datang dan menjelaskan kepada kami bahwa seperti sabtu sabtu lainnya semua orang sedang berkumpul dan mengurus sawahnya masing masing, bercocok tanam.
Kepanikan sempat mengusik rombongan. Namun setelah kedatangan ketua pemuda dan berdiskusi seputar tempat pelaksanaan sosialisasi, kepanikan mereda. Sisanya, kami teruskan dengan rapat mendadak sembari mengamati rumah yang akan kami tempati selama pelaksanaan kkn nanti, maksudku rumah dengan aura mistik yang akan ditempati peserta laki-laki nanti.
Persiapan selesai, lokakarya segera dimulai. Layar sudah dipancarkan, presentasi dimulai, diskusi alot pun dipenuhi dengan tanggapan, kritikan dan saran yang akhirnya berakhir tepat saat semua peserta sosialisasi itu merasa jenuh.
Setelah menunaikan sholat zuhur dan berpamitan, rombongan dipenuhi suka cita yang mendalam dan segera memutarbhaluan ke padang. Sekarang dengan panas menyengat yang memaksa keringat mendesak keluar dan menimbulkan sensasi gerah yang tak tertahankan.
Suasana di dalam bus cukup riuh, hiruk pikuk peserta bersaing dengan suara perut yang mulai menyenandungkan lagu keroncong yang fales.
Bus tiba tiba berhenti, mesin massa bessi itu hening dan digantikan oleh umpatan rasa lapar yang menjadi jadi peserta kkn. Tepat di depan kami, beberapa orang sedang sibuk dengan sekop, pengungkit dan tali. Truk yang membawa 30 kayu balok ukuran 5 m3 terjebak dalam lobang yang tidak terlalu besar, namun dalam.
Peran kami sebagai mahasiswa kkn baru saja akan dimulai. Pertolongan akan datang dlam 3 jam. Berita itu sangat mengusik kami . Akhirnya, semua rombongan laki laki berubah menjadi sosok perkasa meskipun mengaumkan rasa lapar dan panas yang menyengat.
Setelah berkutat dengan massa balok dan pushing dengan bantuan truk yang lain, akhirnya massa yang hampir saja menyerah itu berhasil mengeluarkan truk yangbterjebak itu dengan baik, dengan bantuan kami tentunya. Senyum sumringah menutupi wajah kami yang masam karena rasa lelah yang hebat. Peran pertama kami sebagai mahasiswa yang berbaktinpada masyarakat sepertinya mulai terlihat. Dengan harapan bahwa waktu tidak bergeser terlalu jauh, kaminmelanjutkan perjalanan dan samapai di padang tepat sebelum tengah malam.



Sekarangm bagaimana caranya pulang ke rumah?

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar